Senin, 16 Juli 2012

Layar terkembang

Karya : Sutan Takdir Ali Syahbana


Pada suatu hari dipagi yang cerah datanglah dua orang gadis bersaudara ke sebuah Aquarium di Jakarta. Yang kakak bernama Tuti, berumur 25 tahun, adik Tuti bernama Maria yang berumur 20 tahun. Dua tahun yang lalu mereka ditinggal mati oleh ibu mereka, dan kini mereka tinggal bersama ayah mereka yang bernama Wiraatmaja. Sifat keduanya amatlah berbeda. Tuti adalah seorang yang intelektual dan keras keinginannya untuk menaikan derajat kaumnya. Maria adalah seorang yang ceria dan suka akan hiburan.
Di Aqurium itu mereka berkenalan dengan seorang mahasiswa dari fakultas kedokteran yang bernama Yusuf. Setelah itu Yusuf mengantar Tuti dan maria pulang. Sesampainya di rumah Tuti dan Maria, Yusuf pun berpamitan untuk pulang.
Beberapa hari kemudian, keesokan harinya ketika yusuf sedang jalan – jalan ke rumah orang tuanya, tiba – tiba ada sepucuk surat yang ditujukan pada Yusuf dari Maria yang berisikan bahwa Tuti dan Maria sedang berkunjung ke kota Bandung untuk mencari udara segar.
Setelah itu Yusuf pun berpamitan pada orang tuanya untuk pergi ke Bandung. Sesampainya di Bandung Yusuf langsung menemui Maria dan Tuti. Esoknya Yusuf mengajak Maria untuk jalan – jalan ke air terjun, dan di sana Yusuf menyatakan cintanya begitu pula dengan Maria. Dan mulai saat itu mereka bertunangan dan berjanji untuk hidup bersama hingga akhir hayat. Sepuluh hari setelah itu mereka semua pulang ke Jakarta. Beberapa hari kemudian Maria sakit malaria. Dan sudah sepuluh hari tetapi belum sembuh juga. Yusuf datang untuk menjenguk Maria. Dan ketika tuti sedang membaca surat cinta dari salah satu rekan kerjanya di kamar, tiba – tiba Tuti mendengar suara Maria batuk dan iapun bergegas pergi ke kamar Maria. Tuti kaget melihat Maria batuk berdarah. Yusuf langsung memanggil dokter. Dokter mengatakan selain menderita malaria, Maria juga terkena TBC, dan disarankan dibawa ke Rumah Sakit untuk dirawat lebih intensif. Namun setelah sepuluh hari dirawat penyakit malarianya tak kunjung berkurang juga.
Dokter menyarankan agar Maria dibawa ke Rumah Sakit Wanita di Pacet. Namun sebulan Maria dirawat di sana, Maria tak kunjung sembuh. Ia dipindahkan ke ruangan baru. Di sana Maria sangat kesepian. Ayah, Tuti dan Yusuf hanya beberapakali menjenguknya. Dan kini ia hanya ditemani oleh perawat yang baik hati. Dan pada saat libur Tuti dan yusuf menjenguk Maria. Namun, tiba – tiba Maria mengatakan kalau ia tahu bahwa umurnya tidaklah lama lagi. Tiba – tiba Maria memegang tangan Yusuf dan Tuti, dan meminta pada mereka agar menjadi suami – istri.
Setelah itu Mariapun meninggal. Tuti dan Yusuf mengabulkan permintaan Maria. Kini mereka bersiap – siap untuk menikah.

RESENSI KECIL NOVEL :
Tema yang dibawakan novel ini adalah tentang wanita dengan lika-liku hidupnya. Tuti seorang yang berwibawa, pandai, berpendirian teguh, tegas, teliti, berpikir rasional. Sedangkan adik Tuti, Maria berwatak mudah kagum, ekspresif, tegar, berpendirian, ulet, ramah. Seorang pemuda tampan bernama Yusuf merupakan seorang yang ramah, baik, pandai, peduli, berjiwa nasionalis.Ayah Tuti dan Maria Raden Wiriatmaja, berwatak baik, pengertian, bijaksana
Paman Tuti dan Maria bernama Parta Diharja. Ia mempunyai watak ramah, bijaksana. Sedangkan Supomo berwatak baik hati, berbudi luhur
Alur yang digunakan dalam cerita novel ini ialah alur campuran karena, mengandung 2 unsur yakni, alur maju dan mundur. Dalam novel ini sudut pandang orang ke-3 diluar cerita
Gaya bahasa yang digunakan dalam mengungkapkan isi adalah bahasa Melayu
Latar cerita dalam novel ini di masa dimana budaya ketimuran dan budaya belanda masih kental sekali.
Secara tersirat maupun tersurat amanat yang disampaikan dalam novel ini adalah untuk menyelesaikan suatu masalah harus diselesaikan dengan musyawarah dan jangan memaksakan kehendak.
Novel ini memiliki banyak kandungan makna dan nilai di dalamnya. Nilai sosial dalam kisah ini mengingatkan kita bahwa setiap insan pasti akan mempunyai pasangan hidup jika Sang Penguasa telah menakdirkannya yang mana ia akan menjadi pendamping hidup kita dikala kita suka maupun duka. Nilai estetika dalam cerita ini adanya syair melayu yang dituliskan dalam novel tersebut. Nilai moral yang terkandung dalam roman ini adalah dalam menyelesaikan sesuatu masalah haruslah di musyawarahkan sehingga mendapatkan kemufakatan suatu masalah itu. Nilai budaya yang terkandung adalah sebaiknya dalam menentukan sesuatu haruslah dengan keinginan hati jangan karena ada paksaan dari orang lain.
Buku ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya yang saya garis bawahi ialah tentang isi dari roman tersebut. Isinya sangat menarik, selain itu yang menarik ialah beberapa pernyataan yang mampu memberi inspirasi bagi orang lain dalam menjalani hidupnya.
Kekurangan dari buku ini menurut saya hanya terletak pada pemilihan kata-kata yang ada di dalam naskah ini. Bahasanya sangat memusingkan pembaca.
Tatanan bahasa yang dipakai adalah Melayu sehingga kurang bisa dipahami para pembaca. Tatanan kalimatnya tidak efektif sehingga muncul berbagai kalimat ambigu yang menimbulkan salah pengertian pembacanya. Pemakaian bahasa yang tidak komunikatif dalam dialog antar tokoh, kurang menggugah para pembaca untuk melanjutkan ceritanya hingga akhir.
Harapan dari buku ini agar terus direvisi ulang tatanan bahasanya sesuai EYD terbaru saat ini. Sehingga menarik minat para pembaca khususnya para remaja dengan isi novel Layar.


Sedangkan pesan moral yang didapat dalam novel Layar Terkembang, dilihat dari settingnya pada jaman penjajahan, memberikan pesan bahwa perempuan tidak harus melulu duduk diam dirumah, mengurus rumah tangga, dan tersubordinatkan, akan tetapi perempuan juga bisa berteriak lantang di ranah sosial, dalam keadaan sesulit apapun perempuan harus berada pada posisi anti putus asa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar