Komposisi
Gizi
Umumnya
orang mengenal delima karena bentuk buahnya yang menarik, sehingga sering
disajikan di meja untuk dimakan segar, tanpa memperhatikan khasiatnya. Buah
yang sudah matang mengandung vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh.
Komposisi
gizi per 100 gram bagian yang dapat dimakan dari buah delima adalah: energi 68
kkal, air 81 g; protein 0,95 g; lemak 0,3 g; karbohidrat 17,2 g. Komposisi gizi
secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel.
Komposisi
Gizi per 100 gram Buah Delima
Komponen
Gizi
|
Kadar
|
Air
(g)
|
80,97
|
Energi
(kkal)
|
68
|
Protein
(g)
|
0,95
|
Lemak
(g)
|
0,3
|
Karbohidrat
(g)
|
17,17
|
Serat
(g)
|
0,6
|
Kalsium
(mg)
|
3
|
Besi
(mg)
|
0,3
|
Magnesium
(mg)
|
3
|
Fosfor
(mg)
|
8
|
Kalium
(mg)
|
259
|
Natrium
(mg)
|
3
|
Seng
(mg)
|
0,12
|
Tembaga
(mg)
|
0,07
|
Selenium
(mkg)
|
0,6
|
Vitamin
C (mg)
|
6,1
|
Thiamin
(mg)
|
0,03
|
Riboflavin
(mg)
|
0,03
|
Niasin
(mg)
|
0,3
|
Asam
pantotenat (mg)
|
0,596
|
Vitamin
B6 (mg)
|
0,105
|
Asam
folat (mkg)
|
6
|
Fitosterol
(mg)
|
17
|
Sumber:
www.asiamaya.com
|
Kandungan
lainnya adalah gula inversi 20 persen (5-10 persen di antaranya berupa
glukosa), asam sitrat (0,5-3,5 persen), asam borat, dan asam malat. Kombinasi
tersebut menyebabkan buah delima berasa manis-asam menyegarkan. Asam malat juga
bermanfaat untuk memperlancar metabolisme karbohidrat.
Mineral
yang paling dominan adalah kalium (259 mg/ 100 g). Selain untuk menjaga tekanan
osmotik (mencegah hipertensi), kalium juga membantu mengaktivasi reaksi enzim,
seperti piruvat kinase yang dapat menghasilkan asam piruvat dalam
proses metabolisme karbohidrat.
Di lain
pihak, kandungan mineral natriumnya sangat rendah, yaitu 3 mg/ 100 g. Hal ini
menguntungkan karena natrium berpotensi merugikan, yaitu dapat menimbulkan
hipertensi (kebalikan dari kalium).
Dari
Rujak Hingga Sirop
Buah
delima merupakan simbol tua dari kemakmuran dan kesuburan, yaitu dalam bentuk
upacara rujakan pada selamatan tujuh bulan kehamilan, yang dilakukan oleh
masyarakat Jawa dan suku-suku lainnya di Indonesia. Selain dalam bentuk rujak,
buah delima juga dikonsumsi dalam keadaan segar, jus, konsentrat atau sirop.
Jus
delima merupakan minuman yang sangat populer di Eropa Timur dan India. Jus
delima mulai dipasarkan secara luas di Amerika pada tahun 2004. Jus delima
dapat diolah menjadi sirop grenadin, yaitu jus delima yang dikentalkan dan
diberi gula. Minuman tersebut sangat berguna sebagai penyegar dan penghalau
dahaga.
Akhir-akhir
ini produksi dan kualitas buah di Asia Tenggara cenderung semakin menurun.
Penyebabnya, hampir setiap bagian dari pohon delima dapat digunakan untuk
tujuan-tujuan pengobatan, sehingga konsentrasi ke arah kualitas buah menjadi
berkurang. Saat ini komponen tanaman delima selalu muncul dalam berbagai
materia medika masyarakat Timur, yaitu untuk tujuan pengobatan berbagai
penyakit.
Obat
Segala Macam Penyakit
Hampir
semua bagian tanaman delima dapat dimanfaatkan untuk pengobatan. Bagian daging
buah, kulit buah, kulit batang, dan akar delima dapat diramu sebagai obat untuk
berbagai jenis penyakit.
Kulit
buah dan kulit batang delima mengandung 20-30
persen elligatannin (tannin), triterpenoid, dan 0,5-1 persen
alkaloid yang terdiri dari pelletierine yang sangat toksik atau
beracun, methylpelletierine, danpseudopelletierine. Biji, daun, serta
bunga delima juga telah dimanfaatkan sebagai obat oleh berbagai bangsa dan
kebudayaan untuk berbagai keperluan.
Sejak
berabad-abad yang lalu, tanaman delima telah dikenal sebagai obat manjur untuk
mengobati berbagai gangguan pencernaan, seperti diare dan disentri. Hal itu
disebabkan tingginya kandungan tannin yang berkhasiat sebagai astringen, yaitu
menyusutkan selaput lendir usus sehingga pengeluaran cairan diare berkurang.
Sementara alkaloid pelletierine pada akarnya sangat membantu
mengeluarkan cacing pita dan cacing gelang dari usus.
Kulit
kayu dengan kandungan alkaloid pelletierine, lebih berkhasiat terhadap
cacing pita (faenia) daripada cacing gelang(Askaris). Adanya tannin dalam
jumlah besar pada kulit kayu sering menyebabkan rasa mual dan muntah. Karena
itu, sebelum minum rebusan ini, disarankan puasa terlebih dahulu sekitar 12
jam.
Sejak
zaman dahulu, buah delima sudah dikenal sebagai obat cacing. Ahli obat bangsa
Yunani, Dioscorides, yang hidup pada abad ke-1, memanfaatkannya untuk
tujuan tersebut. Alkaloid yang terdapat pada berbagai bagian tanaman delima
menyebabkan cacing melepaskan pegangannya dari dinding usus, sehingga terbawa bersama
tinja ke luar tubuh.
Namun,
khasiat buah delima tersebut kemudian terlupakan di Eropa selama 1.800 tahun.
Baru pada abad ke-19 para ahli pengobatan Barat mulai menelitinya kembali. Hal
itu bermula karena ada orang Inggris yang disembuhkan dari penyakit cacingan
setelah diberi ramuan buah delima oleh seorang herbalis India.
Sifat
kelat dari kulit batang, daun, buah mentah, dan kulit buah dimanfaatkan dalam
bentuk godokan untuk mengobati diare dan disentri. Kekelatannya itu disebabkan
oleh senyawa tannin yang banyak terdapat pada bagian tanaman tersebut.
Penelitian
lain menunjukkan bahwa senyawa tannin yang terkandung dalam akar delima mampu
menghalangiEntamoeba histolytica, penyebab disentri amuba. Senyawa yang
diketahui ampuh melawan cacing pita tidak hanya tannin, tetapi juga dua senyawa
alkaloida piperidina yang terdapat pada kulit batang delima,
yaitu pelletierine danpseudopelletierine. Karena pelletierine dan isopelletierine sangat
toksik, terutama yang terdapat pada kulit kayu dan kulit akarnya, penggunaan
ekstrak kulit kayu dan akar delima sebagai pengobatan harus mendapat pengawasan
dan seorang herbalis berpengalaman.
Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa tannin yang terkandung pada tanaman delima tidak
hanya aktif sebagai antibakteri, tetapi juga melawan virus, antara lain
penyebab penyakit cacar. Penelitian terbaru melaporkan bahwa delima dapat
digunakan sebagai obat antidiabetes melitus atau kencing manis.
Kehadiran
tannin juga dilaporkan dapat mereduksi risiko penyakit jantung. Hal itu,
disebabkan oleh kemampuan tannin untuk mereduksi oksidasi kolesterol LDL
(kolesterol jahat). Buah delima juga dapat mereduksi penyakit tekanan darah tinggi
dengan menghambat pengubahan angiotensin I
menjadi angiotensin II (penyebab darah tinggi).
Menurut
pengobatan herbal tradisional Cina, biji delima mempunyai khasiat antiradang
dan obat mujarab untuk mengatasi rematik. Bunga delima dipakai untuk mengobati
radang selaput lendir pada gusi. Dan bagi mereka yang bermasalah dengan
kegemukan (obesitas), bagian tanaman ini bisa dijadikan alternatif untuk
mengatasinya.
Begitu
juga kulit akar yang berkhasiat astringen bisa digunakan untuk mengobati diare,
demam berulang, keputihan, dan mengatasi masalah berkeringat banyak. Sakit
tenggorokan juga bisa diobati dengan berkumur air rebusan kulit akar delima.
Manfaat
delima sebagai obat tidak hanya didasarkan pada pengalaman para pengobat
tradisional. Beberapa penelitian ilmiah telah membuktikan manfaat tanaman
delima. Penelitian Dr. Navarro dari Instituto Mexicano del Seguro
Social, Meksiko, membuktikan bahwa ekstrak metanol yang terdapat pada kulit
delima merupakan senyawa yang ampuh melawan bakteri penyebab diare, yaitu: Staphylloccus
aureus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella
typhi, dan Candida albicans.
Hambat
Pertumbuhan Sel Kanker
Berdasarkan
penelitian di University of California, AS, buah delima mempunyai efek
ekstrogenik, yaitu menangkal gangguan menopause dan mencegah kanker pada
organ-organ reproduksi. Jus delima yang telah difermentasi dan minyak yang
diambil dari biji delima, juga diketahui aktif sebagai antioksidan yang setara
dengan teh hijau.
Dengan
minum satu gelas jus delima setiap hari, kita akan mendapatkan asupan senyawa
antioksidan polifenol sebanyak 100 mg. Senyawa ini dapat melumpuhkan sel kanker
dan memulihkan dinding arteri dari proses pengerasan. Biji delima juga
mengandung polifenol. Itulah sebabnya jika membuat jus delima, sebaiknya
diblender bersama bijinya.
Ekstrak
buah delima mera secara in vitro (uji di luar tubuh) terbukti
memiliki aktivitas antioksidan yang kuat, sehingga dapat
bersifat kemopreventif (mencegah) atau kemoterapis (mengobati) sel
kanker prostat (Malik et al, 2005). beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa
ekstrak delima juga berkhasiat untuk mencegah kanker payudara dan kanker kolon.
Penelitian
para dokter di University of California menunjukkan bahwa sari buah delima
dapat digunakan untuk menghambat kenaikan kadar prostate specific
agent (PSA). PSA merupakan indikator pertumbuhan kanker prostat. Penelitan
tersbut melibatkan 50 pasien yang sudah menjalani operasi maupun yang
memperoleh terapi radiasi.
Setengah
dari pasien tersebut diminta minum sari buah delima setiap hari dan setengah
lainnya tidak (kelompok kontrol). Kadar PSA pasien itu kemudian dimonitor
setiap bulan. Kadar PSA mereka yang tidak minum sari buah delima akan meningkat
menjadi dua kali lipat hanya dalam waktu 15 bulan. Ada pun kadar PSA kelompok
peminum sari buah delima memerlukan waktu hingga 54 bulan untuk meningkat
menjadi dua kali lipat.
Lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk meningkatkan kadar PSA menjadi dua kali lipat
tersebut oleh periset dipandang menguntungkan. Mereka jadi bisa menunda
perawatan dengan hormon maupun kemoterapi, yang berarti menjauhkan mereka dari
segala efek buruk yang menyertai terapi tersebut, membuka peluang untuk hidup
lebih lama, serta memperoleh terapi lain yang tidak berbahaya.
Tunda
Penuaan Kulit dan Turunkan Kolesterol
Buah
delima juga kaya akan fitosterol. Fitosterol merupakan komponen fitokimia yang
mempunyai fungsi berlawanan dengan kolesterol bila dikonsumsi oleh manusia.
Pada tahun 1970-an, fitosterol diketahui berfungsi menurunkan kadar kolesterol
di dalam darah dan mencegah penyakit jantung, sehingga sangat bermanfaat bagi
kesehatan manusia.
Beberapa
hasil penelitian membuktikan fitosterol dapat mencegah penyakit kanker lewat
berbagai mekanisme, yaitu menghambat pemecahan sel, menstimulasi kematian sel
tumor, dan memodifikasi beberapa hormon yang berpotensi untuk menumbuhkan sel
tumor (Awad et al, 2000).
Berdasarkan
hasil penelitian yang dipublikasikan oleh Anticancer Research, terdapat
hubungan signifikan antara konsumsi fitosterol dan pengobatan penyakit kanker.
Hewan yang mengonsumsi fitosterol mempunyai ukuran tumor 33 persen lebih kecil
dan sel kanker 20 persen Iebih sedikit, dibandingkan dengan kelompok
kontrolnya.
Selain
itu, fitosterol juga dapat membentuk permeabilitas kulit yang baik. Fitosterol
dapat menjaga kelembaban kulit dan meningkatkan metabolisme kulit, serta
mencegah inflamasi pada kulit. Fitosterol juga dapat mencegah penuaan kulit
dancrythema, yang disebabkan oleh polarisasi sinar matahari. Fitosterol
juga membantu meningkatkan pertumbuhan rambut. Fitosterol juga tahan terhadap
oksidasi, sehingga dapat digolongkan antioksidan pangan.
Fitosterol
merupakan komponen penting pada sintesis vitamin D3 (Huang, 2004). Beberapa
hasil penelitian membuktikan bahwa konsumsi 2-3 gram fitosterol sehari dapat
mencegah PJK (penyakit jantung koroner) hingga 25 persen. Fitosterol juga
mempunyai manfaat bagi penderita diabetes. Konsumsi fitosterol dalam jumlah
yang cukup diketahui dapat menjaga keseimbangan gula darah.
Oleh:
Prof. DR. Made Astawan
Ahli Teknologi Pangan dan Gizi
Prof. DR. Made Astawan
Ahli Teknologi Pangan dan Gizi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar